Minggu, 27 November 2016

PERPUSTAKAAN TEMANGGUNG MEMPEROLEH JUARA 2 TINGKAT REGIONAL JAWA TENGAH, KALIMANTAN DAN DIY

Perpustakaan Temanggung kini mulai memperlihatkan kiprahnya.  Dalam kegiatan Peer Learning Meeting Nasional program perpuSeru untuk wilayah Barat dan Tengah yang diselenggarakan pada tanggal 14-18 Nopember 2016 di hotel Grand Mercure Kemayoran, perpustakaan Temanggung memperoleh juara 2 perpuSeru Award kategori pelibatan masyarakat untuk region 2 yang terdiri atas 24 perpustakaan di wilayah Jawa Tengah, Kalimantan dan DIY.  Penghargaan yang berupa Support Anggaran untuk kegiatan pelibatan masyarakat sebesar Rp. 5.000.000,- ini merupakan hasil dari kerja keras para karyawan di perpustakaan Temanggung dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di perpustakaan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.  Hal ini juga tidak lepas dari dukungan kepala daerah dalam hal ini Bupati dan Wakil Bupati Temanggung.  Bahkan kegiatan-kegiatan yang  meliputi Klas Bahasa Inggris, Klas Teater, Klas Marketing Online, Klas Budidaya Ayam Cemani dan Klas menulis ini dilaunching langsung oleh Wakil Bupati (Wabup) Temanggung Irawan Prasetyadi SSi pada bulan Agustus lalu.
Dalam Peer Learning Nasional tersebut, selain memperoleh  perpuSeru Award juga Kabupaten Temanggung juga memperoleh Penghargaaan bagi Kepala Daerah yang telah mendukung program perpuSeru.  Penghargaan ini diserahkan oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI Drs. Muhammad Syarif Bando,MM dan diterima oleh Bupati Temanggung DRs. M Bambang Karno.  Penghargaan ini bukan merupakan yang pertama bagi Temanggung.  Pada acara Lokakarya Penguatan Komitmen program perpuSeru yang dilaksanakan di Bali pada bulan April yang lalu, telah diserahkan penghargaan kepada Kepala Daerah yang telah berkomitmen dalam mendukung program perpuSeru di wilayahnya yang diterima oleh Wakil Bupati Temanggung Irawan Prasetyadi Ssi.  Dan dalam acara Sharing Strategi Sukses Pencapaian Perpustakaan dan Pembelajaran pada tanggal 2-5 Nopember 2016 lalu di hotel Aston Semarang, perpustakaan Temanggung menjadi salah satu dari sembilan perpustakaan yang memperoleh apresiasi atas dokumentasi online dan pelibatan masyarakat.  Apresiasi ini berupa TV 43” yang diperuntukkan bagi kegiatan pelibatan masyarakat.  Dan kini perpustakaan Temanggung terus berbenah diri dengan membuka pintu seluas-luasnya bagi masyarakat maupun komunitas yang akan berkegiatan di perpustkaan.  Hal ini tentunya selaras dengan tujuan dari programm perpuSeru yaitu menjadikan perpustakaan sebagai sumber informasi berbasis TIK yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Rabu, 24 Februari 2016

Bersama Terbang Menembus Batas

Alhamdulillah, mulai tahun 2016, perpustakaan Temanggung masuk menjadi salah satu mitra Coca Cola Foundation dalam program PerpuSeru.  Tujuan dari program ini adalah menjadikan perpustakaan sebagai pusat bekajar dan berkegiatan masyarakat berbasis teknokogi informasi yang kemudian dapat memberikan dampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat.  Dan hari ini, kegiatan dimulai dengan sosialisasi program perpuSeru dengan narasumber mas Ahmad Fajri Nida dari Coca Cola Foundation yang merupakan fasilitator untuk kabupaten Temanggung. Dan alhamdulillah hampir seluruh undangan sosialisasi hadir dalam acara ini.  Dan setelah sosialisasi selesai, ternyata banyak sekali PR yang harus diselesaikan.  Tapi ini tidak mengurangi semangatku untuk menjadi PIC dakam Program ini, dan ini menjadi tantangan tersendiri bagiku. Insyaallah, aku bisa membawa masyarakat Temanggung terbang menembus batas untuk hidup yang lebih baik melalui program perpuSeru

Selasa, 30 Desember 2014

Semangat Untuk Maju

Saat itu, tahun 2012, kebetulan aku mendapat tugas dari kantor untuk masuk dalam tim pembinaan terpadu yang dikoordinir oleh Bapermades.  Dalam pembinaan terpadu ini, kami masing-masing anggota tim membina sesuai dengan bidangnya.  Karena perpustakaan masuk ke dalam Pokja II PKK, maka akupun kebagian jatah di Pokja II tersebut.   Salah satu desa yang masuk dalam pembinaan tersebut adalah desa Mudal kecamatan Temanggung.  Saat itu di perpustakaan Kreatif (nama dari perpustakaan desa Mudal), hanya memiliki bahan pustaka bantuan dari PNPM. Melihat semangat para pengelolanya, akhirnya perpustakaan tersebut masuk menjadi salah satu perpustakaan penerima bantuan buku dari dana APBD II tahun anggaran 2013.  Pada tahun 2013 juga, Kantor Arsip,Perpustakaan dan Dokumentasi Kabupaten Temanggung menyebarkan kuisioner sebagai penilaian tahap pertama lomba perpustakaan desa tingkat Kabupaten yang selanjutnya dipilih 10 besar untuk didatangi oleh tim juri dan diadakan penilaian tahap kedua.  Dalam penilaian tahap kedua ini, perpustakaan Kreatif meraih juara Harapan 3.  Namun hal ini tidak mematahkan semangat mereka untuk menjadi lebih baik lagi.  Akhirnya pada tahun 2014 ini, perpustakaan Kreatif meraih juara I dalam lomba yang sama dan berhak mewakili kabupaten Temanggung untuk maju ke lomba Perpustakaan Desa Tingkat Provinsi Tahun 2015.  Prestasi ini tidak membuat para pengelolanya berbangga diri.  Malah hal ini membuat mereka semakin semangat dalam terus mengembangkan perpustakaan untuk menjadi yang terbaik.  Bukan hanya dukungan dari Perpustakaan Kabupaten saja, namun pihak desa dan PKK pun tidak kalah dalam memberikan dukungan dalam memajukan perpustakaan Kreatif ini.  Pada hari Kamis,25 Desember 2014 kemarin, dalam rangka hari Ibu, perpustakaan Kreatif bekerjasama dengan PKK dan pemerintah desa menyelenggarakan lomba mewarnai untuk siswa TK dan lomba menggambar untuk siswa SD.  Semoga apa yang telah diupayakan oleh perpustakaan Kreatif  dapat menuai hasil di tahun depan

Senin, 22 Desember 2014

Secuil Perhatian Untuk Desa

Perpustakaan desa merupakan perpanjangan tangan dari perpustakaan kabupaten/kota.  Di kabupaten Temanggung, yang jumlah desanya mencapai 290 desa, yang telah meiliki perpustakaan desa sekitar 140 desa.  Dari 140 desa tersebut, hanya sekitar 40 desa yang memiliki perpustakaan desa yang berstatus aktif.  Berdasarkan pemantauan, salah satu penyebab kurang berkembangnya perpustakaan desa tersebut adalah tidak adanya honor untuk pengelola.  Untuk itu, mulai anggaran perubahan tahun 2014, diberikan honor untuk pengelola 15 perpustakaan desa.  Ke 15 perpustakaan desa tersebut dipilih berdasarkan keaktuifan, minat baca, pengelolaan, administrasi, serta peran serta dari desa.  Namun demikian, ke 15 perpustakaan desa tersebut tetap dimonitor dan dievaluasi sewaktu-waktu, karena bila mengalami penurunan, bukan tidak mungkin honor tersebut dialihkan untuk perpustakaan desa lain.  Untuk tahun 2015, alhamdulillah honor tersebut tetap ada.  Memang, sekecil apapun peran dan perhatian dari Perpustakaan Daerah, sedikit banyak akan membangkitkan semangat dari pengelola perpustakaan desa untuk mengembangkan perpustakaannya.

Selasa, 16 Desember 2014

Perjalanan Hidup

Perjalananku sebagai seorang pustakawan bermula pada saaat tahun 2007, saat itu aku mendapat tugas untuk mengikuti diklat fungsional calon pustakawan tingkat ahli di Semarang, lamanya gak tanggung-tanggung, 3 bulan.  Akhirnya, demi sebuah tugas negara (ceile... tugas negara), kutinggalkan keluarga kecilku (kayak mau perang aja).  Saat itu, aku masih buta sama sekali tentang istilah-istilah di perpustakaan, aku gak tau apa itu katalog, apa itu klasifikasi, apa itu call number dan istilah-istilah lainnya.  Baru seminggu aku di sana, malah terkapar dengan sukses di rumah sakit.  Tapi hal itu gak membuat aku mundur.  Akhirnya dengan penuh perjuangan ( sekali-sekali lebay dikit) selesai sudah diklatku.  Namun langkahku untuk menapaki jadi pustakawan masih terbentur oleh golongan.  Saat itu golonganku masih II/d, padahal  syarat yang harus lkupenuhi adalah minimal III/a, akhirnya aku memilih untuk ikut kenaikan pangkat penyesuaian ijazah.  Nasib baik belum berpihak kepadaku, berkasku ditolak oleh BKN Yogya, alasannya Sarjana Ekonomi koq di perpustakaan.  Akhirnya akupun harus bersabar untuk menunggu kenaikan pangkat reguler.    Dan akhirnya pada tahun 2011 aku resmi menyandang predikat sebagai seorang pustakawan (alhamdulillah, sesuatu banget deh).  Ternyata, tugas seorang pustakawan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.  Tapi itu merupakan tantangan bagiku.  Aku sadar, ilmu perpustakaanku masih kurang, untuk itulah mulai tahun 2013 aku resmi menjadi mahasiswi ( ceile... mahasiswi) di Pasca Sarjana UIN Yogyakarta prodi IIS konsentrasi Ilmu Perpustakaan dan Informasi.  Tak terasa sekarang aku dah menempuh semester terakhir teori.  Semoga aku bisa lulus tepat waktu dan bisa menerapkan ilmu yang kuperoleh untuk memajukan dunia perpustakaan.  Satu hal yang kutekankan di sini, aku tidak menyesali pilihanku untuk menjadi pustakawan, tetapi dengan mantap kukatakan "AKU BANGGA MENJADI PUSTAKAWAN"

Senin, 15 Desember 2014

Indahnya Berbagi

FIKT, sebuah forum yang beranggotakan sekelompok kaum perantauan yang berasal dari Temanggung yang bermukim di Jakarta  Setiap tahun forum ini mengadakan aksi sosial di Temanggung yang bertajuk Kadang Peduli. Dalam aksi Kadang Peduli ini, juga terdapat kegiatan peduli kepada perpustakaan.  Untuk tahun 2014 ini, aksi yang diselenggarakan pada tanggal 22 dan 23 November tersebut, terdapat kegiatan peresmian perpustakaan desa Adzkia di desa Danurejo kecamatan Kedu, pemberian bantuan bahan koleksi kepada perpustakaan-perpustakaan desa yang telah didirikan oleh FIKT, peresmian perpustakaan Pondok Pesantren Nida Qur"an di desa TegalsariKecamatan Kedu serta pelatihan pengelola perpustakaan desa dan sekolah yang telah dibentuk oleh FIKT dengan narasumber Dimas Ari dari Wonosobo dan Tasning Hety dari Temanggung ( promosi diri sendiri nih ceritanya). Dalam pelatihan tersebut , selain sharing antara diriku, pengelola perpustakaan dan FIKT, juga ada sharing pengalaman dari Dimas Ari, pengelola TBM Al Bidayah Sapuran Wonosobo.  Sungguh suatu pengalaman yang sangat berharga.  Terimakasih FIKT yang telah peduli kepada perpustakaan.

Selasa, 28 Januari 2014

KONFLIK INTERNAL DALAM PELAYANAN DI PERPUSTAKAAN

A.  PENDAHULUAN
Konflik organisasi adalah masalah yang sering muncul dalam suatu organisasi sebagai akibat karena perbedaan-perbedaan tujuan,kepentingan dan nilai-nilai yang masing-masing dari komponen tersebut tidak berjalan seiring antara harapan dan hasil yang diraih.  Apalagi orang-orang yang ada di lingkungan kerja itu sebagai individu atau pribadi yang datang dari berbagai macam latar belakang.  Mereka berasal dari  motif yang heterogen, sehingga memungkinkan terjadinya salah persepsi dan salah paham.  Hal inilah yang kemudian menimbulkan konflik atau pertentangan dalam organisasi.
Konflik ini sendiri terjadi karena beragam faktor pendorong, yang secara psikologis dilakukan karena para pelaku konflik mengubah respon terhadap perubahan stimulus.  Berdasarkan beragam faktor pendorong tersebut, dapat ditentukan 3 tipe konflik, yaitu:
1.         Konflik internal
Timbul sebagai akibat dari disposisi,respon ataupun reaksi psikologis yang muncul dari diri seseorang karena dia merasa kebutuhan atau keinginan pribadinya tidak dipenuhi.
2.         Konflik eksternal
Konflik ini timbul karena dua pihak memiliki perasaan yang kurang senang antara satu dengan yang lain.
3.         Konflik realistik
Merupakan tipe konflik yang nyata,berstruktur. Dan modus operandinya diketahui sehingga dapat dipecahkan.
4.         Konflik tidak realistik 
Bersumber dari alasan yang tidak jelas, tidak nyata, karena sumber atau sifat konfliknya tidak berstruktur sehingga tidak diketahui modus operandinya. (Alo Liliweri, 2005:267-269)
Di dalam suatu perpustakaan yang juga merupakan suatu organisasi, juga tak luput dari terjadinya konflik.  Konflik yang terjadi di dalam tubuh perpustakaan ini, sedikit banyak tentulah berpengaruh pada layanan perpustakaan.  Di perpustakaan, pelayanan yang ramah, komunikatif dan responsif memiliki nilai utama di hati masyarakat pengguna, namun juga strategi harus dilakukan oleh perpustakaan dalam menghadapi perubahan.  Dengan kata lain, perubahan harus dilakukan dari berabagi dimensi dari sisi internal (manajemen tata kelola) yang berdampak pada kondisi di dalam organisasi juga eksternal yang akan berdampak langsung pada pengguna.  Kemampuan untuk mengenali kebutuhan dan karakteristik masyarakat yang dilayani merupakan syarat utama bagi perpustakaan untuk mempertahankan eksistensinya. Tetapi karena adanya konflik internal, maka sedikit banyak tentu hal ini mempengaruhi layanan di perpustakaan. Untuk itulah penulis tertarik untuk mengambil judul “Konflik Internal Dalam Pelayanan di Perpustakaan”.
B.   PEMBAHASAN
Dalam pengertian yang luas, konflik dapat diartikan sebagai segala macam bentuk hubungan antar manusia yang bersifat berlawanan (Abdullah Masmuh, 2010:293).  Dalam setiap konflik, terdapat beberapa unsur yaitu:
1.         Ada dua pihak atau lebih yang terlibat.  Jadi, ada interaksi antara mereka yang terlibat.
2.         Ada tujuan yang dijadikan sasaran konflik.  Tujuan itulah yang menjadi sumber konflik.
3.         Ada perbedaan pikiran,perasaan,tindakan diantara pihak yang terlibatuntuk mendapatkan atau mencapai tujuan atau sasaran
4.         Ada situasi konflik antara dua pihak yang bertentangan.  Ini meliputi situasi antar pribadi, antar kelompok dan antar organisasi (Alo Liliweri, 2005:249-251).
Sebuah pendapat mengemukakan bahwa paling sedikit ada tiga bentuk atau tipe konflik dalam organisasi yaitu konflik tugas (Task conflict), konflik antarpersonal (interpersonal conflict) dan konflik prosedural (Procedural conflict).  Konflik tugas terjadi karena adanya ketidaksesuaian peran yang dijalankan  oleh anggota organisasi dengan status yang diikuti dengan kemampuan,pengetahuan pendidikan dan ketrampilan.  Secara umum, bentuk konflik tugas ini merupakan konflik produktif, yang mana jika diselesaikan dapat meningkatkan kualitas tanggung jawab personal,kelompok kerja ataupun organisasi sehingga menghasilkan perubahan pola pikir maupun hasil organisasi.
Ketika hubungan antar personal dalam suatu organisasi terganggu, maka akan dapat menimbulkan konflik antar personal.   Gangguan ini disebabkan karena adanya ketidaksepakatan antar personal terhadap kebutuhan atau keinginan personal yang seharusnya dapat dipenuhi oleh organisasi.  Konflik jenis ini juga disebut dengan personality clash karena relasi antar personal dalam komunikasi organisasi yang tidak efektif.  Konflik ini biasanya terjadi karena kontras atau antagonisme antara tujuan organisasi dengan tujuan seseorang atau sekelompok orang.
Sedangkan konflik prosedural dapat terjadi ketika anggota kelompok tidak sepakat tentang prosedur yang mengatur tentang bagaimana kelompok tersebut mencapai tujuan organisasi.  Konflik ini masuk dalam kategori konflik produktif, yang mana jika diselesaikan dengan baik akan meningkatkan kinerja organisasi. (Alo Liliweri, 2005:263-266)
Sementara itu, ada juga pendapat lain yang menyebutkan bahwa tipe konflik dalam organisasi terbagi menjadi empat, yaitu:
a.         Konflik antar personal organisasi
Konflik ini terjadi di tengah individu anggota sebuah organisasi sebagai imbas langsung dari adanya perbedaan-perbedaan atau perselisihan-perselisihan di antara para anggota kelompok tersebut yang secara khusus terkait dengan cara pandang terhadap suatu nilai atau tujuan yang hendak dicapai.
b.         Konflik dalam kelompok
Konflik ini terjadi dalam sebuah kelompok,tim atau departemen tertentu.
c.         Konflik antar kelompok
Terjadi antar bagian, tim atau departemen-departemen dalam suatu organisasi.
d.         Konflik antar organisasi
Konflik ini terjadi akibat adanya perselisihan antar lembaga organisasi yang timbul akibat salah seorang manajer suatu lembaga organisasimenganggap bahwa manajer organisasi lain kurang fair dalam menjalankan etika bisnis yang dikendalikannya sehingga mengancam eksistensi keberadaan stakeholder dari organisasi yang dikelolanya (Muhammad Bukhori,dkk;2005:302-303).
Secara khusus, berdasarkan pihak-pihak yang saling bertentangan, konflik ini dibedakan menjadi lima jenis, yaitu:
a.         Konflik dalam diri individu
Konflik ini dapat terjadi disaat seseorang menghadapi ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya, apabila berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau apabila seseorang diharapkan untuk melakukan sebuah pekerjaan di luar kemampuannya.
b.         Konflik antar individu dalam organisasi yang sama
Jenis ini diakibatkan oleh perbedaan kepribadian yang berasal dari adanya konflik antar peranan (misalnya antar pustakawan)
c.         Konflik antara individu dan kelompok
Konflik ini berhubungan dengan cara individu dalam menghadapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka.
d.         Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama
Terjadi karena pertentangan kepentingan antar kelompok.
e.         Konflik antar organisasi
Timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam sistem perekonomian suatu negara (Sukanto Reksohadiprodjo, T.Hani Handoko, 1992:233)
Di sisi lain dalam sebuah penelitian Dahrendorf seorang sosiolog, dikemukakan ada tiga bentuk pertentangan atau konflik dalam organisasi, yaitu:
1.         Pertentangan tidak resmi (informelle konflikte)
Pertentangan bentuk ini terjadi terbatas pada bagian-bagian organisasi atau disebabkan oleh kelompok-kelompok yang dikenal sebagai kelompok informal sebagai akibat adanya ikatan pribadi antara anggota-anggotanya.
2.         Pertentangan yang dialih arahkan (umgeleitete konflikte)
Pertentangan ini banyak memasuki bidang ilmu jiwa (aspek psikologis).
3.         Pertentangan yang nyata (manifeste konflikte)
Yang dimaksud di sini adalah pertentangan yang diakibatkan karena adanya tuntutan akan kekuatan yang diajukan oleh kelompok-kelompok yang solider.  Yang terpenting dalam pertentangan ini adalah tuntutan akan kekuasaan atau pembagian kekuasaan. (Astrid S Susanto,1986:40)
Konflik yang terjadi, disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
1.         Konflik nilai, yaitu terjadi karena perbedaan nilai.  Yang termasuk dalam katagori ini adalah konflik yang bersumber dari perbedaaan rasa percaya,keyakinan, bahkan idiologi atas apa yang diperebutkan.
2.         Kurangnya komunikasi, dalam artian konflik bisa terjadi karena dua pihak kurang berkomunikasi.
3.         Kepemimpinan yang kurang efektif atau pengambilan keputusan yang tidak adil. 
4.         Ketidak cocokan peran, hal ini dapat diartikan konflik terjadi karena adanya ketidak cocokan peran dengan kemampuan yang dimiliki seseorang.
Konflik terdiri dari tiga tahapan, dimana konflik itu sendiri bergerak antar tahapan (William Hendricks,2006).  Tahapan-tahapan konflik tersebut adalah:
1.         Tahap satu
Konflik tahap ini terjadi terus menerus dan biasanya memerlukan sedikit perhatian,  Konflik ini ditandai oleh perasaan jengkel sehari-hari
2.         Tahap dua
Konflik ini ditandai dengan sikap kalah menang.  Kepentingan pribadi dan bagaimana seseorang melihat menjadi sangat penting.
3.         Tahap tiga
Konflik ini bertujuan mengubah keinginan untuk menang menjadi keinginan untuk mencederai.
Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung (Moenir,2002:16-17).  Basis kegiatan di perpustakaan adalah pelayanan.  Dengan berjalannya waktu, konsep pelayanan mengalami mperubahan.  Bila dahulu konsep pelayanan adalah memberikan pelayanan kepada siapa yang mendatangi, sekarang hal itu tidak berlaku lagi.  Konsep yang tadinya pengguna harus menunggu untuk dilayani, sekarang ini menjadi bagaimana agar pengguna tidak menunggu untuk dilayani melainkan pelayanan mendatangi pengguna.
Bila dalam suatu perpustakaan terjadi suatu konflik internal, hal ini dapat  mendatangkan sisi negatif maupun positif, tergantung bagaimana pemimpin dari perpustakaan tersebut menerapkan strategi manajemen konflik.  Karena, pada dasarnya di satu sisi konflik bisa memiliki efek fungsional dan di sisi lain konflik juga memiliki efek disfungsional (Abdullah Masmuh,2010:307). 
Yang dimaksud dengan konflik yang fungsional yaitu konflik yang berdampak positif dan menguntungkan bagi efektivitas organisasi dalam hal ini perpustakaan.  Sebagai contoh, dua orang pustakawan di perpustakaan umum sama-sama bersikeras dan mempertahankan pendapatnya dalam merencanakan design ruang koleksi anak.   Pustakawan A bersikeras ruang tersebut cukup dicat dengan warna yang menarik tanpa diberi lukisan pada dindingnya, karena menurutnya hal itu justru akan memecah konsentrasi anak-anak yang masuk ke ruang tersebut.  Sedangkan pustakawan B bersikeras ruangan tersebut selain dicat dengan warna menarik juga pada dindingnya diberi lukisan yang bertemakan anak-anak, dengan alasan hal terebut bisa menarik perhatian anak-anak untuk masuk ke ruang tersebut yang kemudian akan memanfaatkan bahan koleksi yang ada.
Bila pemimpin perpustakaan dapat mengelola konflik tersebut secara tepat, maka kelak akan didapatkan pendapat mana yang teruji secara nyata paling baik di antara keduanya.  Dalam situasi ini, konflik bisa berakibat fungsional, yaitu:
1.            Meningkatnya keterlibatan orang lain
Dalam contoh kasus di atas, pimpinan perpustakaan dapat melibatkan semua pegawai yang ada baik yang pustakawan ataupun yang tidak untuk ikut menyumbangkan idenya.  Dengan demikian, semua pegawai perpustakaan merasa ikut memiliki perpustakaan tersebut.
2.            Menggerakkan pertumbuhan
Yang dimaksud di sini adalah meningkatnya jumlah pengunjung perpustakaan.  Dari contoh di atas, setelah ditemukan design mana yang tepat, tentulah para pengunjung akan merasa nyaman.  Dari rasa nyaman inilah kemudian pengunujung akan merasa ketagihan untuk datang kembali dan bukan tidak mungkin akan mengajak orang lain untuk datang juga.
3.            Meningkatnya kerjasama
Karena dalam strategi manajemen konflik ini melibatkan orang lain, otomatis kerjasama akan meningkat.
Sedangkan yang dimaksud dengan konflik disfungsional adalah konflik yang berdampak destruktif dan merusak organisasi, dalam hal ini perpustakaan.  Misalnya di dalam perpustakaan ada perilaku dari para pegawai yang tidak bertanggung jawab dan cenderung mengganggu dan merusak harmonisasi di dalam perpustakaan tersebut.  Dalam kondisi ini, konflik tersebut bisa berakibat disfungsional dan menghambat kinerja dari perpustakaan itu sendiri, yaitu:
1.            Para pegawai tidak berminat untuk bekerja
Karena terjadi konflik yang cenderung mengganggu, situasi menjadi “panas”, hal ini tentu akan menimbulkan keengganan dalam bekerja.
2.            Menghilangkan minat para pengunjung untuk datang kembali
Konflik ini tentunya menimbulkan emosi dalam diri para pegawai.  Hal ini tentu berdampak pada pelayanan kepada para pengunjung.  Pengunjung yang semula dilayani dengan ramah, penuh senyum, tetapi karena  para pegawai yang melayanisedang emosi, maka pengunjung dilayani dengan cemberut, ketus bahkan kadang disertai dengan kata-kata kasar.  Hal ini tentu akan membuat pengunjung akan kapok untuk datang lagi.
Karena konflik ini menimbulkan efek negatif bagi pelayanan di perpustakaan yang juga akan berimbas bagi kelangsungan hidup dari perpustakaan itu sendiri, maka konflik disfungsional ini harus dihindari.  Dan itu membutuhkan peran dari semua yang ada di perpustakaan tersebut.   Selain itu, kemampuan manajemen konflik pemimpin organisasi dalam hal ini kepala perpustakaan sangatlah dibutuhkan agar memberikan efek yang positif bagi perpustakaan itu sendiri.
Menurut Robinson dan Clifford, manajemen konflik merupakan tindakan konstruktif yang direncanakan, diorganisasikan,digerakkan, dan dievaluasi secara teratur demi mengakhiri konflik.  Dalam konsep manajemen konflik ini, secara umum mencakup beberapa hal, yaitu:
1.            Pengakuan kita bahwa dalam setiap masyarakat selalu ada konflik.
2.            Analisis situasi yang menyertai konflik.
3.            Analisis perilaku semua pihak yang terlibat.
4.            Tentukan pendekatan konflik yang dapat dijadikan model penyelesaian.
5.            Fasilitas komunikasi yaitu dengan membuka semua jalur komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
6.            Negosiasi, yaitu teknik untuk melakukan perundingan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik.
7.            Rumuskan beberapa anjuran,tekanan dan konfirmasi bagi kelestarian relasi selanjutnya.
8.            Hiduplah dengan konflik, karena pada dasarnya semua konflik tidak dapat dihilangkan, kecuali dapat ditekan atau ditunda kekerasannya. (Alo Liliweri, 2005:289)
Dalam menerapkan strategi manajemen konflik ini, terlebih dahulu terdapat beberapa hal-hal yang perlu dipahami untuk memilih metode penyelesaian konflik, diantaranya yaitu tahap penyelesaian konflik dan asumsi penyelesaian konflik.  Tahap penyelesaian konflik ini meliputi:
1.            Pengumpulan data
Yang dimaksud di sini adalah data awal yang harus diketahui untuk menjawab pertanyaan 5 W dan 1 H, yaitu:
a.    Who: siapa saja yang terlibat langsung dan tidak langsung dalam konflik
b.    Which: jenis konflik seperti apa yang melibatkan mereka
c.    Why: apa sebab dua pihak atau lebih terlibat dalam konflik
d.    When: kapan konflik itu terjadi
e.    Where: di mana konflik itu terjadi
f.     How: bagaimana proses awal sampai akhir konflik itu terjadi
2.            Periksa ulang pencatatan data
3.            Mendengarkan dua pihak atau pihak lain dengan memberikan dukungan terhadap gagasan-gagasan yang sama
4.            Menciptakan kesan bahwa untuk menyelesaikan konflik ini diperlukan kerjasama
5.            Melakukan negosiasi dan kompromi untuk memilih cara terbaik dalam menyelesaikan konflik
6.            Mengemukakan bahwa kerukunan jauh lebih mahal daripada pertentangan dan konflik. (Abdullah Masmuh,2010:308-309)
Secara umum, manajemen konflik sebagai upaya untuk mengakhiri konflik selalu berakhir dengan tiga asumsi, yaitu:
1.            Kalah-kalah
Hal ini berarti setiap orang yang terlibat dalam konflik akan kehilangan tuntutannya jika konflik terus berlanjut.
2.            Kalah-menang
Yang dimaksud di sini adalah salah satu pihak pasti kalah karena dia kehilangan tuntutannya, dan pihak lain pasti menang, hal ini akan berakibat jika pihak yang kalah kurang menerima keputusan dengan sepenuh hati, maka dikemudian hari akan timbul konflik baru.
3.            Menang-menang
Ini artinya semua pihak menang.  Hal ini terjadi jika kedua pihak kehilangan sedikit dari tuntutannya, namun hasil akhirnya memuaskan kedua belah pihak tersebut.  Jika semuanya menerima keputusan dengan lapang dada, maka akan mencegah timbulnya konflik yang bersumber dari masalah yang sama. (Alo Liliweri,2005:294-295)
Menurut para pakar, terdapat 5 macam strategi manajemen dalam menangani konflik yaitu:
1.            Kompetisi
Strategi ini sering juga disebut dengan strategi kalah menang yang artinya penyelesaian konflik dengan cara menggunakan kekuatan atau kekuasaan.  Strategi ini cocok digunakan dalam situasi:
-       menyangkut perkara penting di mana tindakan yang tidak popular perlu diterapkan
-       menyangkut perkara yang penting bagi kesejahteraan organisasi
-       melawan orang yang mengambil keuntungan dari perilaku yang tidak kompetitif
2.            Kolaborasi
Sering juga disebut dengan strategi menang-menang yaitu sama-sama menguntungkan kedua pihak.  Situasi yang cocok dalam penerapan strategi ini yaitu:
-       mencari solusi terpadu jika ada dua masalah yang terlalu penting untuk dikompromikan
-       menggabungkan pandangan dari orang-orang dengan sudut pandang yang berbeda
-       mendapatkan komitmen dengan memasukkan hal-hal penting menjadi sebuah konsensus
-       berkaitan dengan perasaan yang telah ikut terlibat dalam suatu hubungan
3.            Penghindaran atau penolakan
Yaitu strategi untuk menjauhi sumber konflik dengan mengalihkan persoalan .   Strategi ini cocok diterapkan dalam situasi:
-       jika suatu perkara itu pelik
-       tidak ada peluang untuk memuaskan keinginan
-       gangguan potensial lebih kuat dari keuntungan penyelesaian yang bakal didapat
-       memberikan kesempatan orang lain untuk tenang dan mendapatkan pikiran yang jernih
-       jika mengumpulkan informasi lebih diperlukan daripada keputusan yang cepat
-       jika orang lain dapat mengatasi konflik dengan lebih efektif
-       jika isu yang muncul nampak sebagai gejala dari isu yang lain
4.            Akomodasi
Artinya strategi yang menempatkan kepentingan lawan di atas kepentingan diri sendiri.  Situasi yang cocok dalam penerapan strategi ini adalah:
-       jika isu tertentu lebih penting untuk orang lain
-       untuk menciptakan kepercayaan sosial bagi isu yang akan datang
-       jika harmoni dan stabilitas sangat penting
-       memberi kesempatan belajar dari kesalahan
5.            Kompromi
Ini berarti pihak-pihak yang terlibat dalam konflik sama-sama mengorbankan sebagian dari sasarannya, dan mendapatkan hasil yang tidak maksimal.  Strategi ini cocok diterpkan dalam situasi:
-       jika tujuan adalah penting, tetapi tidak seimbang dengan usaha atau adanya potensi gangguan yang lebih kuat
-       jika lawan dengan kekuastan sama-sama rela berkorban untuk tujuan yang berbeda
-       mencapai penyelesaian sementara atas isu yang rumit
-       mencapai pemecahan yang tepat sesaat dengan tekanan waktu
-       sebagai cadangan untuk berjaga-jaga jika kolaborasi atau kompetisi tidak berhasil. (Umar Nimron,1999:75-78)
C.   KESIMPULAN
Konflik yang timbul di perpustakaan dapat menimbulkan efek negatif dan efek positif, tergantung darimana pemimpin dari perpustakaan yang bersangkutan menerapkan strategi manajemen konflik.  Tetapi itu semua juga harus didukung oleh peran dari semua pegawai yang ada dan kesadaran dari para pegawai dalam rasa memiliki perpustakaan dan kepedulian mereka dalam memajukan perpustakaan yang bersangkutan.


D.   DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Masmuh. Komunikasi Organisasi Dalam Perspektif Teori dan Praktek. Malang:UMM Press,2010
Alo Liliweri. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya .Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2005
Astrid S. Susanto. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek Jilid 2. Bandung:Binacipta,1986
Moenir. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta:Bumi Aksara,2002
Muhammad Bukhori, Abdullah Masmuh, Ni’matul Zuhroh. Azas-Azas Manajemen. Yogyakarta:Aditya Media,2005
Sukanto Reksohadiprojo, T. Hani Handoko,. Organisasi Perusahaan Teori Struktur dan Perilaku. Yogyakarta:BPFE,1992
Umar Imron, Perilaku Organisasi (edisi revisi). Surabaya:Citra Media,1999

William Hendricks. Bagaimana Mengelola Konflik. Penerj. Arif Santoso. Jakarta:Bumi Aksara,2002